Penderitaan Mereka adalah Inspirasi Hidayah
Profesor beragama asli Yahudi ini mengaku takjub melihat kehidupan orang Pakistan dan Afghan. Ketakjuban membawanya menuju Islam
Oleh: M. Syamsi Ali
DUA minggu lalu, selepas Jumat saya menemukan secarik kertas di atas meja kantor saya di Islamic Cultural Center of New York . Isinya kira-kira berbunyi, “I have been trying to reach you but never had a good luck! Would you please call me back? Karen.”
Berhubung karena berbagai kesibukan lainnya, saya menunda menelepon balik Karen hingga dua hari lalu. “Oh! thank you so much for getting back to me!” jawabnya ketika saya perkenalkan diri dari Islamic Center of New York. “I am really sorry for delaying to call you back,” kataku, sambil menanyakan siapa dan apa latar belakang sang penelpon.
“Hi, I am sorry! My name is Karen Henderson, and I am a professor at the NYU (New York University),” katanya.
“And so what I can do for you?” tanyaku. Dia kemudian menanyakan jika saya ada beberapa menit untuk berbicara lewat telepon. “Yes, certainly I have, just for you, professor!" candaku. "Oh.. that is so kind of you!” jawabnya.
Karen kemudian bercerita panjang mengenai dirinya, latar belakang keluarganya, profesinya, dan bahkan status sosialnya.
“Saya adalah seorang professor yang mengajar sosiologi di New York University,” demikian dia memulai. Namun menurutnya lagi, sebagai sosiolog, dia tidak saja mengajar di universitas tapi juga melakukan berbagai penelitian di berbagai tempat, termasuk luar negeri.
“Not at all, professor! I am free for you,” jawabku sambil tersenyum.
“Silakan duduk dulu, aku pamit sekitar lima menit," mintaku untuk sekedar melihat-lihat weekend school program hari itu.
Setelah selesai melihat-lihat beberapa kelas pada hari itu, saya kembali ke kantor. “I am sorry Professor!” sapaku.
“Please do call me by name, Karen!” pintanya sambil tersenyum.
“You know, saya lebih senang memanggil seseorang penuh penghormatan. Dan aku benar-benar tak tahu bagaimana harus memanggil Anda,” kataku. "Di sejumlah negara, orang suka dikenal dengan gelar profesional mereka. Tapi aku tahu, di Amerika tidak,” lanjutku sambil ketawa kecil.
Kita kemudian hanyut dalam pembicaraan dalam berbagai hal, mulai dari isu hangat tentang kartun Nabi Muhammad SAW di sebuah komedi kartun Amerika, hingga kepada asal usul Karen itu sendiri.
“Saya adalah seorang kelahiran Yahudi. Orangtua saya orang Yahudi, tetapi Anda tahu, terutama ayahku, dia tidak percaya pada agama lagi,” katanya.
Bahkan menurutnya, ayahnya itu seringkali menilai konsep tuhan sebagai sekedar alat repression (menekan) sepanjang sejarah manusia.
Namun menurut Karen, walaupun tidak percaya agama dan mengaku tidak percaya tuhan, ayahnya masih juga merayakan hari-hari besar Yahudi, seperti Hanukkah, Sabbath, dll.
“Perayaan ini, sebagai orang Yahudi kebanyakan, tidak lebih dari warisan tradisi, “ jelasnya. "Yudaisme adalah saya pikir bukan agama, dalam arti lebih tentang budaya dan keluarga, “ tambahnya.
Dalam hatiku saya mengatakan bahwa semua itu bukan baru bagi saya. Sekitar 60 persen atau lebih Yahudi di Amerika Serikat adalah dari kalangan sekte ‘reform’ (pembaharu). Mereka ini ternyata telah melakukan reformasi mendasar dalam agama mereka, termasuk dalam hal-hal akidah atau keyakinan. “Sekte reform” misalnya, sama sekali tidak percaya lagi kepada kehidupan akhirat. Saya masih teringat dalam sebuah diskusi di gereja Marble Collegiate tahun lalu tentang konsep kehidupan.
Pembicaranya adalah saya dan seorang Pastor dan Rabbi dari Central Synagogue Manhattan. Ketika kita telah sampai kepada isu hari Akhirat, Rabbi tersebut mengaku tidak percaya.
Tiba-tiba salah seorang hadirin yang juga murid muallaf saya keturunan Rusia berdiri dan bertanya, “Jadi, jika Anda tidak percaya pada kehidupan setelah kematian, mengapa Anda harus pergi ke rumah ibadat, mengenakan yarmukka, memberi amal, dll? Mengapa Anda merasa perlu untuk bersikap jujur, bermanfaat untuk orang lain? Dan mengapa kita harus menghindari hal-hal yang harus kita hindari? " begitu pertanyaannya kala itu.
Sang Rabbi hanya tersenyum dan menjawab singkat, “Kami melakukan semua karena apa yang harus kita lakukan,” ujarnya. Mendengar jawaban sang Rabbi, semua hadirin hanya tersenyum, dan bahkan banyak yang tertawa.
Kembali ke Karen, kita kemudian hanyut dalam dialog tentang konsep kebahagiaan. Menurutnya, sebagai seorang sosiolog, dia telah melakukan banyak penelitian dalam berbagai hal yang berkaitan dengan bidangnya. Pernah ke Amerika Latin, Afrika, beberapa negara Eropa, dan juga Asia , termasuk Asia Selatan."Tapi satu hal yang harus aku ceritakan padamu, orang-orang Pakistan dan Afghan adalah orang-orang sangat menakjubkan,” katanya mengenang.
"Apa yang membuat Anda benar-benar heran tentang mereka,” tanyaku.
Oleh: M. Syamsi Ali
DUA minggu lalu, selepas Jumat saya menemukan secarik kertas di atas meja kantor saya di Islamic Cultural Center of New York . Isinya kira-kira berbunyi, “I have been trying to reach you but never had a good luck! Would you please call me back? Karen.”
Berhubung karena berbagai kesibukan lainnya, saya menunda menelepon balik Karen hingga dua hari lalu. “Oh! thank you so much for getting back to me!” jawabnya ketika saya perkenalkan diri dari Islamic Center of New York. “I am really sorry for delaying to call you back,” kataku, sambil menanyakan siapa dan apa latar belakang sang penelpon.
“Hi, I am sorry! My name is Karen Henderson, and I am a professor at the NYU (New York University),” katanya.
“And so what I can do for you?” tanyaku. Dia kemudian menanyakan jika saya ada beberapa menit untuk berbicara lewat telepon. “Yes, certainly I have, just for you, professor!" candaku. "Oh.. that is so kind of you!” jawabnya.
Karen kemudian bercerita panjang mengenai dirinya, latar belakang keluarganya, profesinya, dan bahkan status sosialnya.
“Saya adalah seorang professor yang mengajar sosiologi di New York University,” demikian dia memulai. Namun menurutnya lagi, sebagai sosiolog, dia tidak saja mengajar di universitas tapi juga melakukan berbagai penelitian di berbagai tempat, termasuk luar negeri.
Karen sudah pernah mengunjungi banyak negara untuk tujuan penelitiannya, termasuk dua negara yang justru disebutnya sebagai sumber inspirasi. Yaitu Pakistan dan Afghanistan.
"Saya menghabiskan lebih dari 3 tahun di negara ini, sebagian besar di desa-desa," katanya. "Selama tiga tahun, saya punya banyak kenangan tentang orang-orang. Mereka sangat menakjubkan," lanjutnya.
Tidak terasa Karen berbicara di telepon hampir 20 menit. Sementara saya hanya mendengarkan dengan serius dan tanpa menyela sekalipun. Selain itu Karen berbicara dengan sangat menarik, informatif, dan disampaikan dalam bahasa yang jelas, membuat saya lebih tertarik mendengar. Mungkin karena dia adalah seorang professor, jadi dalam berbicara dia sangat sistematis dan eloquent.
"Karen, itu adalah cerita yang sangat menarik. Saya yakin apa yang Anda lakukan seperti pengalamanku juga. Saya tinggal di Pakistan 7 tahun, dan memiliki kesempatan untuk mengunjungi banyak daerah-daerah yang tidak Anda sebutkan, " kataku.
"Tapi apa kau ingin menceritakan cerita ini?" tanyaku Lagi
Nampaknya Karena menarik napas, lalu menjawab. Tapi kali ini dengan suara lembut dan agak lamban.
"Sir, saya ingin tahu Islam lebih lanjut, agama orang-orang ini. Mereka adalah orang-orang manis, dan saya pikir saya telah terinspirasi oleh mereka dalam banyak hal, " katanya.
Tapi karena waktu yang tidak terlalu mengizinkan untuk saya banyak berbicara lewat telepon, saya meminta Karen untuk datang ke Islamic Center keesokan harinya, Sabtu lalu. Dia pun menyetujui dan disepakatilah pukul 1:30 siang, persis jam ketika saya mengajar di kelas khusus non-muslim, Islamic Forum for non-Muslims.
Keesokan harinya, Sabtu, saya tiba agak telat. Sekitar pukul 12 siang saya tiba, dan pihak security menyampaikan bahwa dari tadi ada seorang wanita menunggu saya. “She is the mosque.” (maksudnya di ruang shalat wanita). Saya segera meminta security untuk memanggil wanita tersebut ke kantor untuk menemui saya.
Tak lama kemudian datanglah seorang wanita dengan pakaian ala Asia Selatan (India Pakistan). Sepasang shalwar dan gamiz, lengkap dengan penutup kepala ala kerudung Benazir Bhutto.
“Hi, sorry for coming earlier! I can wait at the mosque, if you are still busy with other things,” kata wanita baya umur 40-an tahun itu. Dia jelas Amerika berkulit putih, kemungkinan keturunan Jerman.
"Saya menghabiskan lebih dari 3 tahun di negara ini, sebagian besar di desa-desa," katanya. "Selama tiga tahun, saya punya banyak kenangan tentang orang-orang. Mereka sangat menakjubkan," lanjutnya.
Tidak terasa Karen berbicara di telepon hampir 20 menit. Sementara saya hanya mendengarkan dengan serius dan tanpa menyela sekalipun. Selain itu Karen berbicara dengan sangat menarik, informatif, dan disampaikan dalam bahasa yang jelas, membuat saya lebih tertarik mendengar. Mungkin karena dia adalah seorang professor, jadi dalam berbicara dia sangat sistematis dan eloquent.
"Karen, itu adalah cerita yang sangat menarik. Saya yakin apa yang Anda lakukan seperti pengalamanku juga. Saya tinggal di Pakistan 7 tahun, dan memiliki kesempatan untuk mengunjungi banyak daerah-daerah yang tidak Anda sebutkan, " kataku.
"Tapi apa kau ingin menceritakan cerita ini?" tanyaku Lagi
Nampaknya Karena menarik napas, lalu menjawab. Tapi kali ini dengan suara lembut dan agak lamban.
"Sir, saya ingin tahu Islam lebih lanjut, agama orang-orang ini. Mereka adalah orang-orang manis, dan saya pikir saya telah terinspirasi oleh mereka dalam banyak hal, " katanya.
Tapi karena waktu yang tidak terlalu mengizinkan untuk saya banyak berbicara lewat telepon, saya meminta Karen untuk datang ke Islamic Center keesokan harinya, Sabtu lalu. Dia pun menyetujui dan disepakatilah pukul 1:30 siang, persis jam ketika saya mengajar di kelas khusus non-muslim, Islamic Forum for non-Muslims.
Keesokan harinya, Sabtu, saya tiba agak telat. Sekitar pukul 12 siang saya tiba, dan pihak security menyampaikan bahwa dari tadi ada seorang wanita menunggu saya. “She is the mosque.” (maksudnya di ruang shalat wanita). Saya segera meminta security untuk memanggil wanita tersebut ke kantor untuk menemui saya.
Tak lama kemudian datanglah seorang wanita dengan pakaian ala Asia Selatan (India Pakistan). Sepasang shalwar dan gamiz, lengkap dengan penutup kepala ala kerudung Benazir Bhutto.
“Hi, sorry for coming earlier! I can wait at the mosque, if you are still busy with other things,” kata wanita baya umur 40-an tahun itu. Dia jelas Amerika berkulit putih, kemungkinan keturunan Jerman.
“Not at all, professor! I am free for you,” jawabku sambil tersenyum.
“Silakan duduk dulu, aku pamit sekitar lima menit," mintaku untuk sekedar melihat-lihat weekend school program hari itu.
Setelah selesai melihat-lihat beberapa kelas pada hari itu, saya kembali ke kantor. “I am sorry Professor!” sapaku.
“Please do call me by name, Karen!” pintanya sambil tersenyum.
“You know, saya lebih senang memanggil seseorang penuh penghormatan. Dan aku benar-benar tak tahu bagaimana harus memanggil Anda,” kataku. "Di sejumlah negara, orang suka dikenal dengan gelar profesional mereka. Tapi aku tahu, di Amerika tidak,” lanjutku sambil ketawa kecil.
Kita kemudian hanyut dalam pembicaraan dalam berbagai hal, mulai dari isu hangat tentang kartun Nabi Muhammad SAW di sebuah komedi kartun Amerika, hingga kepada asal usul Karen itu sendiri.
“Saya adalah seorang kelahiran Yahudi. Orangtua saya orang Yahudi, tetapi Anda tahu, terutama ayahku, dia tidak percaya pada agama lagi,” katanya.
Bahkan menurutnya, ayahnya itu seringkali menilai konsep tuhan sebagai sekedar alat repression (menekan) sepanjang sejarah manusia.
Namun menurut Karen, walaupun tidak percaya agama dan mengaku tidak percaya tuhan, ayahnya masih juga merayakan hari-hari besar Yahudi, seperti Hanukkah, Sabbath, dll.
“Perayaan ini, sebagai orang Yahudi kebanyakan, tidak lebih dari warisan tradisi, “ jelasnya. "Yudaisme adalah saya pikir bukan agama, dalam arti lebih tentang budaya dan keluarga, “ tambahnya.
Dalam hatiku saya mengatakan bahwa semua itu bukan baru bagi saya. Sekitar 60 persen atau lebih Yahudi di Amerika Serikat adalah dari kalangan sekte ‘reform’ (pembaharu). Mereka ini ternyata telah melakukan reformasi mendasar dalam agama mereka, termasuk dalam hal-hal akidah atau keyakinan. “Sekte reform” misalnya, sama sekali tidak percaya lagi kepada kehidupan akhirat. Saya masih teringat dalam sebuah diskusi di gereja Marble Collegiate tahun lalu tentang konsep kehidupan.
Pembicaranya adalah saya dan seorang Pastor dan Rabbi dari Central Synagogue Manhattan. Ketika kita telah sampai kepada isu hari Akhirat, Rabbi tersebut mengaku tidak percaya.
Tiba-tiba salah seorang hadirin yang juga murid muallaf saya keturunan Rusia berdiri dan bertanya, “Jadi, jika Anda tidak percaya pada kehidupan setelah kematian, mengapa Anda harus pergi ke rumah ibadat, mengenakan yarmukka, memberi amal, dll? Mengapa Anda merasa perlu untuk bersikap jujur, bermanfaat untuk orang lain? Dan mengapa kita harus menghindari hal-hal yang harus kita hindari? " begitu pertanyaannya kala itu.
Sang Rabbi hanya tersenyum dan menjawab singkat, “Kami melakukan semua karena apa yang harus kita lakukan,” ujarnya. Mendengar jawaban sang Rabbi, semua hadirin hanya tersenyum, dan bahkan banyak yang tertawa.
Kembali ke Karen, kita kemudian hanyut dalam dialog tentang konsep kebahagiaan. Menurutnya, sebagai seorang sosiolog, dia telah melakukan banyak penelitian dalam berbagai hal yang berkaitan dengan bidangnya. Pernah ke Amerika Latin, Afrika, beberapa negara Eropa, dan juga Asia , termasuk Asia Selatan."Tapi satu hal yang harus aku ceritakan padamu, orang-orang Pakistan dan Afghan adalah orang-orang sangat menakjubkan,” katanya mengenang.
"Apa yang membuat Anda benar-benar heran tentang mereka,” tanyaku.
“Banyak, religiusitas mereka. Antara lain komitmen mereka terhadap agama. Tapi saya rasa yang paling menakjubkan tentang mereka adalah kekuatan mereka, dan bertahan lama di alam dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
"Aku heran bagaimana orang-orang ini begitu kuat dan tampak bahagia meski kehidupan yang sangat menantang.”
Saya tidak pernah menyangka kalau Karen tiba-tiba meneteskan airmata di tengah-tengah pembicaraan kami. Dia seorang professor yang senior, walau masih belia dalam umur. Tapi juga pengalamannya yang luar biasa, menjadikan saya lebih banyak mendengar.
Di tengah-tengah membicarakan ‘kesulitan hidup’ orang-orang Afghanistan dan Pakistan, khususnya di daerah pegunungan-pegunungan, dia meneteskan airmata tapi sambil melemparkan senyum. “I am sorry, saya sangat emosional dengan kisah ini,” katanya.
Segera saya ambil kendali. Saya bercerita tentang konsep kebahagiaan menurut ajaran Islam. Bahkan berbicara panjang lebar tentang kehidupan dunia sementara, dan bagaimana Islam mengajarkan kehidupan akhirat itu sendiri.
"Tidak peduli bagaimana Anda menjalani hidup Anda di sini, itu adalah sementara dan tidak memuaskan. Harus ada beberapa tempat, kadang di mana kita akan hidup kekal, di mana semua mimpi dan harapan akan terpenuhi, " jelasku. “Keyakinan ini memberi kita kekuatan besar dan tekad untuk menjalani hidup kita sepenuhnya, tidak peduli bagaimana situasi dapat mengelilingi kehidupan itu sendiri,” jelasku.
Tanpa terasa adzan Dhuhur dikumandangkan. Saya pun segera berhenti berbicara. Nampaknya Karen paham bahwa ketika adzan didengarkan, maka kita seharusnya mendengarkan dan menjawab. Mungkin dia sendiri tidak paham apa yang seharusnya diucapkan, tapi dia tersenyum ketika saya meminta maaf berhenti berbicara.
Setelah adzan, saya melanjutkan sedikit, lalu saya tanya kepada Karen, "Jadi, apa yang benar-benar membuat Anda menelepon saya?”
"Saya ingin memberitahu Anda bahwa pikiran saya terus-menerus mengingat orang-orang itu. Memori saya mengingatkan saya tentang bagaimana mereka bahagia, sementara kita, di Amerika hidup dalam keadaan mewah, tapi penuh kekurangan kebahagiaan,” ujarnya seolah bernada marah.
"Tapi kenapa kau harus datang dan membicarakan dengan saya?" pancingku lagi.
Karen merubah posisi duduknya, tapi nampak sangat serius lalu berkata. "Aku sudah memikirkan ini untuk waktu yang cukup lama. Tapi aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana untuk melanjutkan itu. Aku ingin menjadi seorang muslim,” ujarnya mantap.
"Aku heran bagaimana orang-orang ini begitu kuat dan tampak bahagia meski kehidupan yang sangat menantang.”
Saya tidak pernah menyangka kalau Karen tiba-tiba meneteskan airmata di tengah-tengah pembicaraan kami. Dia seorang professor yang senior, walau masih belia dalam umur. Tapi juga pengalamannya yang luar biasa, menjadikan saya lebih banyak mendengar.
Di tengah-tengah membicarakan ‘kesulitan hidup’ orang-orang Afghanistan dan Pakistan, khususnya di daerah pegunungan-pegunungan, dia meneteskan airmata tapi sambil melemparkan senyum. “I am sorry, saya sangat emosional dengan kisah ini,” katanya.
Segera saya ambil kendali. Saya bercerita tentang konsep kebahagiaan menurut ajaran Islam. Bahkan berbicara panjang lebar tentang kehidupan dunia sementara, dan bagaimana Islam mengajarkan kehidupan akhirat itu sendiri.
"Tidak peduli bagaimana Anda menjalani hidup Anda di sini, itu adalah sementara dan tidak memuaskan. Harus ada beberapa tempat, kadang di mana kita akan hidup kekal, di mana semua mimpi dan harapan akan terpenuhi, " jelasku. “Keyakinan ini memberi kita kekuatan besar dan tekad untuk menjalani hidup kita sepenuhnya, tidak peduli bagaimana situasi dapat mengelilingi kehidupan itu sendiri,” jelasku.
Tanpa terasa adzan Dhuhur dikumandangkan. Saya pun segera berhenti berbicara. Nampaknya Karen paham bahwa ketika adzan didengarkan, maka kita seharusnya mendengarkan dan menjawab. Mungkin dia sendiri tidak paham apa yang seharusnya diucapkan, tapi dia tersenyum ketika saya meminta maaf berhenti berbicara.
Setelah adzan, saya melanjutkan sedikit, lalu saya tanya kepada Karen, "Jadi, apa yang benar-benar membuat Anda menelepon saya?”
"Saya ingin memberitahu Anda bahwa pikiran saya terus-menerus mengingat orang-orang itu. Memori saya mengingatkan saya tentang bagaimana mereka bahagia, sementara kita, di Amerika hidup dalam keadaan mewah, tapi penuh kekurangan kebahagiaan,” ujarnya seolah bernada marah.
"Tapi kenapa kau harus datang dan membicarakan dengan saya?" pancingku lagi.
Karen merubah posisi duduknya, tapi nampak sangat serius lalu berkata. "Aku sudah memikirkan ini untuk waktu yang cukup lama. Tapi aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana untuk melanjutkan itu. Aku ingin menjadi seorang muslim,” ujarnya mantap.
Saya segera menjelaskan bahwa untuk menjadi muslim itu sebenarnya sangat mudah. Yang susah adalah proses menemukan hidayah. Jadi nampaknya Anda sudah melalui proses itu, dan kini sudah menuju kepada jenjang akhir.
"Pertanyaan saya adalah apakah Anda benar-benar yakin bahwa ini adalah agama yang Anda yakini sebagai kebenaran, “ kataku.
"Pertanyaan saya adalah apakah Anda benar-benar yakin bahwa ini adalah agama yang Anda yakini sebagai kebenaran, “ kataku.
"Ya, tentu tidak diragukan lagi!" Jawabnya tegas.
Saya segera memanggil salah seorang guru weekend school wanita untuk mengajarkan kepada Karen mengambil wudhu. Ternyata dia sudah bisa wudhu dan shalat, hanya belum hafal bacaan-bacaan shalat tersebut.
Saya segera memanggil salah seorang guru weekend school wanita untuk mengajarkan kepada Karen mengambil wudhu. Ternyata dia sudah bisa wudhu dan shalat, hanya belum hafal bacaan-bacaan shalat tersebut.
Selepas shalat Dhuhur, Karen saya tuntun melafalkan, “Asy-hadu an laa ilaaha illa Allah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasul Allah” dengan penuh khusyu’ dan diikuti pekikan takbir ratusan jamaah yang hadir.
Hanya doa yang menyertai, semoga Karen Henderson dijaga dan dikuatkan dalam iman, tumbuh menjadi pejuang Islam di bidangnya sebagai profesor ilmu-ilmu sosial di salah satu universitas bergengsi di AS. Amin! [New York, 26 April 2010/www.hidayatullah.com]
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York dan penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com
Hanya doa yang menyertai, semoga Karen Henderson dijaga dan dikuatkan dalam iman, tumbuh menjadi pejuang Islam di bidangnya sebagai profesor ilmu-ilmu sosial di salah satu universitas bergengsi di AS. Amin! [New York, 26 April 2010/www.hidayatullah.com]
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York dan penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com
Baca Artikel Mualaf Lainnya:
==============================================================
Koko Liem, Da'i yang Jatuh Cinta dengan Islam Sejak SD ~ Jangan ...
- [ Translate this page ]Segala sesuatu membutuhkan proses, termasuk ketika seorang manusia menemukan fitrahnya sebagai muslim. Proses panjang penuh liku membawa sosok Liem Hai Thai ...
www.inimediaku.com/.../koko-liem-dai-yang-jatuh-cinta-dengan.html
www.inimediaku.com/.../koko-liem-dai-yang-jatuh-cinta-dengan.html
Bernard Hopkins, Islamnya Sang Algojo Tinju Dunia ~ Jangan Pernah ...
- [ Translate this page ]Penggemar tinju dunia tentu tak asing dengan nama Bernard Hopkins. Dialah sang algojo (The Executioner). Julukan ini diberikan karena kemampuannya dalam ...
www.inimediaku.com/.../bernard-hopkins-islamnya-sang-algojo.html
www.inimediaku.com/.../bernard-hopkins-islamnya-sang-algojo.html
Subhanallah, Rp 2,4 Triliun Dana Zakat Disiapkan Bagi Mualaf ...
- [ Translate this page ]20 Mei 2008 ... skip to main | skip to sidebar. Jangan Pernah Merasa Lelah Cari Ilmu Yah..! Admin. click to visit. www.al-habib.info ...
www.inimediaku.com/.../subhanallah-rp-24-triliun-dana-zakat.html
www.inimediaku.com/.../subhanallah-rp-24-triliun-dana-zakat.html
Ketika WS Rendra Pergi Haji: Air Zamzam Serasa Chevas Regal ...
- [ Translate this page ]WS Rendra memang telah tiada. Namun karya-karyanya akan selalu hidup. Banyak kisah menarik dari penyair yang mendapatkan julukan Burung Merak ini, ...
www.inimediaku.com/.../ketika-ws-rendra-pergi-haji-air-zamzam.html
www.inimediaku.com/.../ketika-ws-rendra-pergi-haji-air-zamzam.html
Ka'bah Menggetarkan Hati Ratusan Pekerja Cina ~ Jangan Pernah ...
- [ Translate this page ]click to visit. www.al-habib.info. 29. ARBA'A. Dh-Qaida. 1429 H. 20 MAY 2008. click to visit. www.al-habib.info. click to visit. www.al-habib.info ...
www.inimediaku.com/.../kabah-menggetarkan-hati-ratusan-pekerja.html
www.inimediaku.com/.../kabah-menggetarkan-hati-ratusan-pekerja.html
Impiannya Mengunjungi Masjidil Haram Pun Terwujud ~ Jangan Pernah ...
- [ Translate this page ]click to visit. www.al-habib.info. 29. ARBA'A. Dh-Qaida. 1429 H. 20 MAY 2008. click to visit. www.al-habib.info. click to visit. www.al-habib.info ...
www.inimediaku.com/.../impiannya-mengunjungi-masjidil-haram.html
www.inimediaku.com/.../impiannya-mengunjungi-masjidil-haram.html
Tiga Wanita Muda Italia Masuk Islam di Hadapan Moammar Qaddafi ...
- [ Translate this page ]click to visit. www.al-habib.info. 29. ARBA'A. Dh-Qaida. 1429 H. 20 MAY 2008. click to visit. www.al-habib.info. click to visit. www.al-habib.info ...
www.inimediaku.com/.../tiga-wanita-muda-italia-masuk-islam-di.html
www.inimediaku.com/.../tiga-wanita-muda-italia-masuk-islam-di.html
Kombinasi Islam dan Sepak Bola Frederic (Oumar) Kanoute ~ Info ...
- [ Translate this page ]Penggemar sepak bola La Liga Spanyol mungkin tak asing dengan nama Frederic Kanoute, striker asal Mali. Pemain bertubuh jangkung ini adalah penyerang hebat ...
www.inimediaku.com/.../kombinasi-islam-dan-sepak-bola-frederic.html
www.inimediaku.com/.../kombinasi-islam-dan-sepak-bola-frederic.html
Danny Williams: Terkesima Mendengar Suara Azan ~ Info Lepas Tanpa ...
- [ Translate this page ]Di atas ring, nama Danny Williams mungkin tidak setenar legenda tinju dunia, seperti Muhammad Ali, George Foreman, Mike Tyson, Evander Holyfield, ...
www.inimediaku.com/.../danny-williams-terkesima-mendengar.html
www.inimediaku.com/.../danny-williams-terkesima-mendengar.html
Lee Woon-Jae: Kiper Muslim dari Negeri Ginseng ~ Info Lepas Tanpa ...
- [ Translate this page ]Nama Lee Woon-Jae mungkin terdengar asing di telinga kita. Tapi, tidak demikian bagi Penggemar sepakbola di Asia, terutama di negara asalnya Korea Selatan ...
www.inimediaku.com/.../lee-woon-jae-kiper-muslim-dari-negeri.html
www.inimediaku.com/.../lee-woon-jae-kiper-muslim-dari-negeri.html
Sue Watson: Misionaris yang Kini Menyerahkan Hidupnya untuk Islam ...
- [ Translate this page ]''Apa yang terjadi padamu?'' Pertanyaan itu kerap diterimanya ketika bertemu mantan teman-teman sekolah, teman dan pendeta ketika mengetahui dirinya telah ...
www.inimediaku.com/2010/.../sue-watson-misionaris-yang-kini.html
www.inimediaku.com/2010/.../sue-watson-misionaris-yang-kini.html
Hakeem Olajuwon: Mengagumi Keindahan Alquran ~ Info Lepas Tanpa Batas
- [ Translate this page ]Di era 1990 hingga awal 2000-an, nama Hakeem Olajuwon begitu memukau publik Amerika Serikat (AS), khususnya bagi penggemar basket NBA. ...
www.inimediaku.com/.../hakeem-olajuwon-mengagumi-keindahan.html
www.inimediaku.com/.../hakeem-olajuwon-mengagumi-keindahan.html
Cindy Claudia Harahap: Hidayah dari Bulan dan Bintang ~ Info Lepas ...
- [ Translate this page ]Allah SWT memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki. Begitulah yang terjadi pada diri Cindy Claudia Harahap, putri sulung dari musisi Rinto ...
www.inimediaku.com/.../cindy-claudia-harahap-hidayah-dari.html
www.inimediaku.com/.../cindy-claudia-harahap-hidayah-dari.html
Joseph Cohen: Yahudi Amerika yang Menemukan Islam di Gaza ~ Info ...
- [ Translate this page ]Ketika memutuskan pindah ke Israel sekitar sepuluh tahun lalu, Joseph Cohen, seorang Yahudi asal Amerika Serikat, hanya berkeinginan untuk menerapkan ajaran ...
www.inimediaku.com/.../joseph-cohen-yahudi-amerika-yang_16.html
www.inimediaku.com/.../joseph-cohen-yahudi-amerika-yang_16.html
Pada musim haji tahun 1933 silam, menyimpan cerita tersendiri bagi masyarakat Kota Suffolk, Inggris, khususnya umat Islam. Sebab, pada tahun itu, ...
www.inimediaku.com/.../lady-evelyn-bangsawan-inggris-yang.html
www.inimediaku.com/.../lady-evelyn-bangsawan-inggris-yang.html
Joseph Cohen: Yahudi Amerika yang Menemukan Islam di Gaza ~ Info ...
- [ Translate this page ]Ketika memutuskan pindah ke Israel sekitar sepuluh tahun lalu, Joseph Cohen, seorang Yahudi asal Amerika Serikat, hanya berkeinginan untuk menerapkan ajaran ...
www.inimediaku.com/.../joseph-cohen-yahudi-amerika-yang_16.html
www.inimediaku.com/.../joseph-cohen-yahudi-amerika-yang_16.html
William Abdullah Quilliam: Perintis dan Penyebar Islam di ...
- [ Translate this page ]Agama Islam di Inggris telah ada sejak beberapa abad silam. Karenanya, tak heran bila agama yang dibawa Rasulullah SAW mendapat tempat di hati warga Inggris ...
www.inimediaku.com/.../william-abdullah-quilliam-perintis-dan.html
www.inimediaku.com/.../william-abdullah-quilliam-perintis-dan.html
Julius Germanus, Orientalis Pembela Islam Sejati ~ Info Lepas ...
- [ Translate this page ]Bila Allah telah berkehendak dan memberikan hidayah kepada seseorang, tak ada seorang pun yang mampu menolaknya. Dan bila Allah tidak menghendakinya, ...
www.inimediaku.com/2010/.../julius-germanus-orientalis-pembela.html
www.inimediaku.com/2010/.../julius-germanus-orientalis-pembela.html
Perjalanan Spiritual Pembantu Pendeta Menjadi Seorang Muslim ...
- [ Translate this page ]"Saya tidak bisa menemukan jawaban-jawabannya di Alkitab. Begitu saya sadar bahwa Trinitas cuma sebuah mitos dan bahwa Tuhan cukup kuat untuk menyelamatkan ...
www.inimediaku.com/.../perjalanan-spiritual-pembantu-pendeta.html
www.inimediaku.com/.../perjalanan-spiritual-pembantu-pendeta.html
Dalam Sehari, 10 WN JEPANG Masuk Islam ~ Info Lepas Tanpa Batas
- [ Translate this page ]Dr Zakaria Ziyad, kepala Lembaga Kaum Muslimin (LKM), di Jepang mengungkapkan, Islamic Center yang terletak di ibukota Jepang, Tokyo tengah merintis ...
www.inimediaku.com/.../dalam-sehari-10-wn-jepang-masuk-islam.html
www.inimediaku.com/.../dalam-sehari-10-wn-jepang-masuk-islam.html
Katlin Hommik Terkesan Puasa Ramadhan ~ Info Lepas Tanpa Batas
- [ Translate this page ]Katlin Hommik nama gadis asal Estonia ini. Usia tiga tahun dia sudah banyak bertanya tentang Tuhan dan hidup setelah mati. Ketika Estonia masih dalam ...
www.inimediaku.com/.../katlin-hommik-terkesan-puasa-ramadhan.html
www.inimediaku.com/.../katlin-hommik-terkesan-puasa-ramadhan.html
Memeluk Islam, Pelukis Rusia Ekspresikan Keimanannya Lewat Lukisan ...
- [ Translate this page ]Seorang pelukis kenamaan Rusia, Arcadi Yamortsov, dikabarkan telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama Islam. Pilihan Yamortsov atas Islam ...
www.inimediaku.com/.../memeluk-islam-pelukis-rusia-ekspresikan.html
www.inimediaku.com/.../memeluk-islam-pelukis-rusia-ekspresikan.html
Gadis Irlandia itu Temukan Islam di Amerika ~ Info Lepas Tanpa Batas
- [ Translate this page ]Kisah perjalanan menuju Islam gadis asal Islandia ini cukup menarik. Betapa tidak, seperti pengakuannya, di negaranya Islam hampir tak ada gema, ...
www.inimediaku.com/2010/.../gadis-islandia-itu-temukan-islam-di.html
www.inimediaku.com/2010/.../gadis-islandia-itu-temukan-islam-di.html
Kaci Starbuck Bangga Jadi Muslimah ~ Info Lepas Tanpa Batas
- [ Translate this page ]Perceraian orangtua membuat keluar dari Kristen. Kaci kemudian lebih memilih Islam dan bangga dengan jalan hidupnya yang baru ...
www.inimediaku.com/.../kaci-starbuck-bangga-jadi-muslimah.html
www.inimediaku.com/.../kaci-starbuck-bangga-jadi-muslimah.html
“Saya benar-benar terkejut ketika mengetahui jika orang-orang Arab juga mengetahui sosok Adam, Hawa, Ibrahim, Ismail, Ishak, Dawud, dan al-Masih. ...
www.inimediaku.com/2010/.../alvero-kisah-seorang-spanyol-yang.html
www.inimediaku.com/2010/.../alvero-kisah-seorang-spanyol-yang.html
Michael: Kebenaran Itu Hanya Ditemukan Dalam Islam ~ Info Lepas ...
- [ Translate this page ]Michael David Shapiro adalah seorang Yahudi Rusia. Dulu, ia tidak terlalu yakin dengan adanya Tuhan. Cita-citanya menjadi seorang bintang penyayi rock, ...
www.inimediaku.com/.../michael-kebenaran-itu-hanya-ditemukan.html
www.inimediaku.com/.../michael-kebenaran-itu-hanya-ditemukan.html
Vicente Mota Alfaro: Dari Mualaf Sampai Menjadi Imam Masjid ~ Info ...
- [ Translate this page ]Vicente Mota Alfaro menjadi mualaf pertama di Spanyol yang memegang posisi imam di masjid Islamic Cultural Center of Valencia (CCIV) dan memimpin salat ...
www.inimediaku.com/.../vicente-mota-alfaro-dari-mualaf-sampai.html
www.inimediaku.com/.../vicente-mota-alfaro-dari-mualaf-sampai.html
Muhammad Abdullah (d/h Alexander Pertz) : Kisah Islamnya Bocah ...
- [ Translate this page ]Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas. Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani ...
www.inimediaku.com/.../rasulullah-saw-bersabda-setiap-bayi.html
www.inimediaku.com/.../rasulullah-saw-bersabda-setiap-bayi.html
Profesor Jeffrey Lang Temukan Hidayah melalui Perantaraan ...
- [ Translate this page ]Profesor matematika yang pernah memilih tak beragama alias atheis ini akhirnya lebih memilih Islam sebagai pihan terakhirnya. Perjalanan setiap orang menuju ...
www.inimediaku.com/.../profesor-jeffrey-lang-temukan-hidayah.html
www.inimediaku.com/.../profesor-jeffrey-lang-temukan-hidayah.html
Seorang Nazi Menjadi Seorang Muslim! ~ Jangan Pernah Merasa Lelah ...
- [ Translate this page ]INGGERIS. Sebagai seorang aktivis kelompok sayap kiri dan pendukung Neo-Nazi, lelaki asal Inggris ini menempuh perjalanan panjang dan berliku sebelum ...
www.inimediaku.com/.../seorang-nazi-menjadi-seorang-muslim.html
www.inimediaku.com/.../seorang-nazi-menjadi-seorang-muslim.html
Jangan Pernah Merasa Lelah Cari Ilmu Yah..!
- [ Translate this page ]Pria yang lahir di Columbus, Ohio ini dikenal sebagai wartawan dan kerap mengkritik Bush. Kini ia menjalani Islam dan rajin shalat ...
www.inimediaku.com/.../pria-yang-lahir-di-columbus-ohio-ini.html
www.inimediaku.com/.../pria-yang-lahir-di-columbus-ohio-ini.html
Yahudi AS Menjadi Mualaf ~ Jangan Pernah Merasa Lelah Cari Ilmu Yah..!
- [ Translate this page ]click to visit. www.al-habib.info. 29. ARBA'A. Dh-Qaida. 1429 H. 20 MAY 2008. click to visit. www.al-habib.info. click to visit. www.al-habib.info ...
www.inimediaku.com/2010/11/yahudi-as-menjadi-mualaf.html
www.inimediaku.com/2010/11/yahudi-as-menjadi-mualaf.html
Joseph Cohen: Yahudi Amerika yang Menemukan Islam di Gaza ~ Jangan ...
- [ Translate this page ]Ketika memutuskan pindah ke Israel sekitar sepuluh tahun lalu, Joseph Cohen, seorang Yahudi asal Amerika Serikat, hanya berkeinginan untuk menerapkan ajaran ...
www.inimediaku.com/.../joseph-cohen-yahudi-amerika-yang.html
www.inimediaku.com/.../joseph-cohen-yahudi-amerika-yang.html
Penderitaan Mereka adalah Inspirasi Hidayah ~ Jangan Pernah Merasa ...
- [ Translate this page ]www.inimediaku.com/.../penderitaan-mereka-adalah-inspirasi.html
Post a Comment