Bakteri Picu Produksi Sel Kekebalan
SINGAPURA--Alergi dan penyakit autoimun seperti artritis reumatoid, pada masa mendatang akan dapat dicegah dengan mengkonsumsi sejenis bakteri, seperti probiotik yang diambil dalam yoghurt, menurut penelitian yang diterbitkan pada Jumat (24/12). Para peneliti memberi makan tikus percobaan dengan satu famili bakteria dan menemukan bahwa hal tersebut memicu produksi sel darah putih tertentu, yang disebut sel "regulatory T".
"Dengan meningkatkan sel regulatory T, mereka akan membantu menekan banyak alergi dan penyakit autoimun," ujar profesor imunologi di Universitas Tokyo, Kenya Honda. Sel regulatory T merupakan sel darah putih yang meregulasi sistem kekebalan tubuh dan mencegahnya bereaksi secara berlebihan. Sistem kekebalan tubuh yang melebihi batas dapat menyebabkan alergi. Hal itu dapat merusak sel dan jaringan sehat serta menyebabkan penyakit autoimun seperti artritis reumatoid, kulit bersisik atau 'psoriasis', dan penyakit sindrom Crohn, yang menyebabkan inflamasi pada saluran pencernaan.
Honda beserta koleganya, yang menerbitkan penemuan tersebut di jurnal Science, menggunakan antibiotik untuk membersihkan seluruh bakteri dari perut sekelompok tikus. Mereka kemudian memberi makan 46 binatang pengerat tersebut dengan bakteri tak berbahaya Clostridium dan menemukan bahwa sel regulatory T dengan cepat mengembalikan kondisi kolon mereka.
"Strain itu terisolasi pada 46 tikus yang sehat dan umumnya jinak," kata Honda melalui telepon kepada Reuters. "Strain tersebut cukup untuk menginduksi sel regulatory T dalam kolon mereka," lanjutnya.
Para peneliti kemudian memberi makan bakteri itu kepada tikus normal dan menemukan tingkat produksi sel regulatory T telah meningkat dalam kolon mereka. Tikus normal juga dapat menghalau beberapa alergi dan radang usus besar atau kolitis, penyakit autoimun, kata Honda.
"Kami memberi makan bakteri jenis Clostridium kepada tikus normal dan jinak... mereka memiliki sel regulatory T lebih banyak dalam kolonnya dan mereka lebih tahan terhadap kolitis dan beberapa alergi lainnya," jelas Honda.
Melihat ke depan, Honda mengatakan para pakar dapat mempelajari kemungkinan mencampur bakteri Clostridium dalam makanan terfermentasi. "Kami dapat menggunakan bakteri jenis clostridium dalam probiotik, seperti yoghurt. Bila Anda meminum bakteri Clostridium,
kemungkinan dapat meningkatkan sel regulatory T dalam saluran pencernaan dan reaksi alergi akan berkurang," katanya.
Probiotik adalah mikro-organisme yang dipercaya baik untuk tubuh. Masih ada strain selain Clostridium dan beberapa diantaranya berbahaya, termasuk satu yang dapat menyebabkan tetanus. Tetapi bakteri tersebut tidak pernah diberikan kepada tikus percobaan.
Republika.co.id
Post a Comment