Dahsyatnya Silaturahim
Amiruddin Thamrin
Hebat dan pentingnya silaturahim dalam kacamata agama terlihat dari sejumlah ayat al-Qur’an dan hadits Nabi SAW yang memberikan dorongan (targhieb) dan keuntungan bagi pelestari dan penyambung tali silaturahim, sebaliknya agama melarang pemutusan tali silaturahim dengan ancaman hukuman (tarhieb)yang tak kalah hebatnya.
Allah SWT mensejajarkan pemutus tali silaturahim segai orang yang merusak di muka bumi, firman-Nya,” Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan tali silaturahim (kekeluargaan)? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka”.(QS. Muhammad:22-23).
Pemutus tali silaturahim tidak hanya dicap sebagai perusak di muka bumi, lebih dari itu ia juga menerima kutukan Tuhan dan tak pelak lagi akan jauh dari surga-Nya, sebagaimana Baginda Rasul SAW bersabda,” Tak akan masuk surga pemutus tali silaturahim”.(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam salah satu hadits yang lebih dahsyat lagi bahwa pemutus silaturahim akan mendapatkan hukuman/azab tak hanya di akhirat kelak, namun masih di dunia juga akan mendapatkan hukuman Tuhan sebagaimana Rasul SAW bersabda,”Dosa yang dipercepat dengan hukuman di dunia dan diakhirat pula adalah dosa pemutusan tali silaturahim”. (HR Baihaqi)
Sebaliknya Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk menyambung dan memelihara tali silaturahim serta memberikan mengapresiasi dengan targhieb yang memberikan banyak keuntungan, seperti akan dipanjangkan umur dan dimurahkan rezeki, Rasulullah SAW bersabda ”Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi” (HR Bukhari dan Muslim). Maksud dipanjangkan umurnya yaitu senantiasa mendapatkan bimbingan, taufik dan berkah Allah SWT selama umurnya itu, bukan berarti tambahan umur yang telah ditetapkan.
Memang terkadang antara anggota keluarga atau sesama teman wajar dan lumrah jika timbul perselisihan. Akibatnya muncul “kebekuan” dalam hubungan silaturahim. Kerapkali kebekuan ini tidak langsung terselesaikan, hal itu masih pula dianggap wajar karena manusia terbekali dan tak terhindar dari rasa emosi serta nafsu amarah bis-suu' (nafsu yang menyuruh kepada kejahatan).
Yang tidak wajar adalah jika kebekuan dan terputusnya tali silaturahim tersebut berlarut-larut hingga lebih dari 3 (tiga) hari, karena Rasul SAW telah memperingatkan umatnya, baik individu maupun kolektif agar jangan sampai adanya kebekuan, putus silaturahim dengan sabdanya yang mengatakan bahwa Tidak halal seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari dan sebaik-baik di antara keduanya adalah yang memulai salam. Yakni orang yang lebih dulu menyambung silaturahim
Apapun bentuk sengketa dan perselisihan antara sesama saudara tidak akan lebih parah dan berbahaya dibanding dengan bahaya pemutusan tali silaturahim. Hal lain jika tetap bersikeras tidak mau menyambung silaturahim setelah lewat tempo 3 (tiga) hari tersebut, itu berarti seolah-olah telah tidak mengindahkan bahkan menantang ajaran Baginda Rasul SAW!
Jelaslah menyambung silaturahim terhadap orang yang telah memutuskan merupakan perilaku/akhlak yang paling terpuji di dunia dan akhirat sebagaimana sabda Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ali bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Maukah kalian saya tunjukkan perilaku akhlak termulia di dunia dan di akhirat? maafkan orang yang pernah menganiayaimu, sambung silaturahim orang yang memutuskanmu dan berikan sesuatu kepada orang yang telah melarang pemberian untukmu”.
Sambung silaturahim membuat yang jauh menjadi dekat dan menjadikan yang dekat semakin dekat. Sabda Rasul SAW,“Ketahuilah nasab/keturunanmu dan sambunglah silaturahim, karena jika silaturahim terputus akan terasa jauh walaupun sebenarnya dekat, dan jika silaturahim disambung/dijaga maka yang jauhpun akan terasa dekat”.
Dari sini terlihat bahwa silaturahim bukanlah isu ringan dan sepele, namun silaturahim sangat penting dan dahsyat. Semasih ada kesempatan, sudah selayaknya kita gunakan momen bulan suci Ramadhan dan Iedul Fitri ini dengan mempererat tali silaturahim di antara keluarga dan teman dan atau mungkin pula menyambungnya sekiranya ada yang terputus. Wa kullu ‘amin wa antum bikhair
Amiruddin Thamrin, Damaskus Suriah
sumber : nu.or.id/inimediaku.com
Post a Comment