Hikmah - Yang Muda Pilih yang Terbaik
dakwatuna.com - Saudaraku, Alhamdulillah, atas izin-Nya kita dipertemukan dengan 10 terakhir pada Ramadhan tahun ini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pada 10 terakhir Ramadhan ini meningkat amaliyah ibadah beliau yang tidak beliau lakukan pada hari-hari lainnya.
Ummul Mu`minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan tentang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pada 10 terakhir Ramadhan,
“Adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliyah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Semoga Allah senantiasa berikan kita hati yang hidup bersama ketaatan. Hati yang malu dan takut untuk bermaksiat. Dan tentu saja, hati yang senantiasa bersemangat untuk memperbaiki diri dalam setiap amalannya.
Kita berharap, agar Ramadhan tahun ini dapat mengoptimalkan tarbiyah diri. Terkhusus bagi kita yang masih muda. Ini adalah saat-saat terbaik untuk membentuk standar kebaikan. Tak hanya itu, di saat inilah kita juga membentuk pribadi yang rindu dengan ketaatan yang bertumbuh. Shalih yang progresif.
Terkait hal ini, saya jadi teringat dengan peristiwa di sebuah Masjid yang sempat dikunjungi pada Ramadhan tahun lalu. Mungkin karena masjid yang saya kunjungi itu agak berbeda dari yang lainnya. Ada hal unik. Mayoritas jamaahnya para orang tua, lanjut usia.
Dari keunikan inilah Allah izinkan untuk melihat fakta yang terkait dengan Sunnatullah. Hal yang pasti kita rasakan ketika tua nanti. Saat waktu berhasil membawa kita meninggalkan masa muda, jauh di belakang.
Usai ustadz turun dari mimbar dan bersiap tarawih, para tetua yang berambut putih seragam ini, serempak bergerak ke pinggir mendekati dinding-dinding masjid. Termasuk tiang. Yup, mereka ingin shalat di dekat dinding dan tiang.
Sungguh, bukan karena sunnah Rasul mereka melakukan itu semua. Namun, waktu begitu efektif memamah lutut-lutut mereka. Osteoporosis yang pastinya tidak bersahabat, senantiasa menjegal langkah kaki. Bahkan asam urat yang begitu getol menggelitik sendi-sendi mereka. Tak kuat lagi beribadah dengan kondisi normal.
Ahh, mungkin sebaiknya kita harus bangun kesadaran diri, sebelum masa itu hadir nyata pada diri kita. Di saat muda ini, kita maksimalkan untuk rajin berada di shaft-shaft tengah dan terdepan. Karena nanti di suatu waktu, rajin pun kita untuk ‘memilih’, tubuh kita tak lagi bisa dipilih untuk berada di shaft terdepan dan tengah.
Cukuplah, bocah-bocah TPA dengan wajah polosnya yang riang berada di belakang. Kita yang telah memasuki usia baligh dan bertubuh kuat, jangan lagi doyan di tiang, dinding dan kunsen pintu keluar. Bahkan, seharusnya kita sedih jika tak dapat shaft terdepan.
Saudaraku, semoga Allah mudahkan bagi kita untuk menikmati hari-hari ibadah terbaik di 10 terakhir Ramadhan tahun ini. Di usia muda inilah saat efektif kita membudayakan ibadah yang terbaik. Sekali lagi, yang TERBAIK dan jangan pernah disia-siakan.
Post a Comment