Cerita Islami - Nenekku Adalah Pahlawanku

NENEKKU ADALAH PAHLAWANKU

Oleh, Bayu Insani
BMI hongkong
Penulis saat ini masih bekerja di hongkong

Dulu, jika saya ditanya, ‘Pahlawan itu apa?” lalu akan segera saya jawab. ‘Pahlawan itu, ya orang-orang yang badannya kekar, berwibawa, lalu menaiki kuda sambil membawa senjata” hiks…..ingat pada gambar Pahlawan Pangeran Diponegoro yang gagah berani.Ya, itu-lah zaman kanak-kanak dahulu.Apa yang diketahui dalam otaknya masih sangat sederhana dan terbatas. Padahal jika kita telusuri saat ini, ternyata makna dari pahlawan itu sangat banyak dan luas.

Istilah pahlawan tak hanya melekat pada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan tanah air atau Negara semata, namun makna pahlawan itu sendiri, adalah sebuah pengorbanan atau perjuangan.Ada pahlawan tanpa tanda jasa—biasanya dilekatkan pada mereka yang kurang mendapatkan penghargaan atau penghormatan dari pemerintah, dan biasanya, mereka lebih di kenal sebagai Guru. Pahlawan devisa—dilekatkan pada mereka yang bisa mendatangkan dana tertentu, dan kebanyakkan orang mengenalnya sebagai TKI/ BMI (Tenaga kerja Indonesia) Pahlawan pembangunan—dilekatkan pada mantan presiden Republik Indonesia (RI) Soeharto yang dianggap berhasil membangun Indonesia. Dan sebenarnya, masih banyak pahlawan-pahlawan dalam bidang lainnya, yang terkadang kita lupakan.

Untuk memahami artian atau criteria dalam diri pahlawan tersebut, tentu kita bisa menilainya sendiri. Seseorang yang mendapat gelar pahlawan itu, pastinya orang yang berjasa, dan berjuang dalam hal apapun, baik perang, mengajar, bekerja, atau menyelamatkan sesuatu, hingga ia berhasil dalam pandangan masyarakat. Misalkan, seperti pahlawan-pahlawan perang, ia berjihad menantang maut demi negara, atau pahlawan tanpa tanda jasa, yaitu guru, ia mengajar murid, anak-anak bangsa hingga pandai, sehingga mendapatkan gelar pahlawan tanpa tanda jasa, atau bisa juga dalam artian sederhana, yaitu karena ia menyelamatkan manusia sesama dari musibah yang menimpanya, itupun bisa kita artikan sebagai pahlawan penyelamat, atau yang biasa kita dengar dengan sebutan pendekar. (Pendekar adalah pahlawan dalam dunia persilatan, hi hi)

Namun setelah saya menjadi dewasa, saya pernah ditanya oleh seorang teman, siapakah pahlawan, atau mentor dalam hidupmu?.Seketikan saya tersadar, dan rasanya bagai bangun dari mimpi.Mengapa selama ini, aku hanya menganggap bahwa pahlawan itu adalah orang-orang yang terkenal saja?Mengapa saya tak dapat melihat mereka para pahlawan-pahlawan yang sebenar dalam kehidupan manusia lainnya. Bukankah dalam diri manusia yang telah menjadi besar atau dewasa, tentunya ada orang-orang di sekelilingnya, yang telah berjuang untuk kelangsungan kehidupan antar sesama?.

Aku faham, kehidupan itu karena Sang Pencipta, namun dengan garis miring, pasti ada orang yang telah berjuang keras untuk membesarkan kita.Misalkan kedua orang tua kita, nah, kita tak boleh menyepelekan perjuangan keras mereka untuk kehidupan kita. Apalagi seorang ibu, ia telah berjuang mati-matian untuk melahirkan buah hatinya, dan arti perjuangannya itulah yang kita pahamkan sebagai seorang pahlawan. Karena mereka pula-lah kita hidup dan menjadi besar serta berpendidikkan seperti saat ini.Itupun secara pasti dan otomatis, mereka memiliki gelar pahlawan tersendiri bagi kita, yaitu pahlawan keluarga.

Dan akhirnya, setelah saya pikir-pikir, ternyata sayapun memiliki seorang pahlawan yang amat saya hormati, sayangi, bahkan sayacintai, dalam hidup.Beliau adalah seorang wanita tua renta saat ini.Usianya sekitar 80 tahun.Saat menatap foto album terbarunya, saya tak kuasa.Air mata jatuh berlelehan dari kedua mata. Lama kami tak bersua, lautan telah memisahkan kami, hingga bertahun lamanya. Ya, karena kini saya jauh dari beliau, saya berada di luar Negara. Muka yang dulu cantik bercahaya, kini telah berkeriput, namun senyumnya tetap manis walau telah di makan usia. Badannya tak lagi tegak, tak sigap seperti ketika muda dahulu. Namun memori ingatannya masih segar dan tegar seperti zaman kanak-kanak saya dahulu.

Saya yakin, tak ada orang yang mengenal beliau, selain kami, karena beliau bukan orang kaya, atau seorang public figure. Beliau hanya seorang wanita kampung yang juga tak mengenyam pendidikkan formal seperti kita pada umumnya, dan beliau hanya seorang wanita tua penjual tempe di kampungnya. Ya, karena dengan berjualan tempe, beliau memberikan kehidupan pada keluarga, dan masyarakat lainnya. Beliau wanita tua yang gigih dalam perjuangan hidup untuk kami semua, dengan semangat menjual tempe di kampungnya. Saya benar-benar salut dan sayang sekali pada beliau, sayang pada perjuangannya, dan sayang pada segalanya yang ada pada beliau. Karena beliau pula-lah kini saya jadi wanita yang tegar dan tak pernah putus semangat dalam hal kehidupan

Salut saya pada perjuangan beliau. Hari-hari beliau akan membuat tempe untuk di jual ke pasar. Pulangnya akan membawa berbagai keperluan sehari-hari. Seperti beras, jajan, dan lain-lain. Siang hari, beliau akan mengolah proses pembuatan tempe tersebut, dan sore hari, beliau akan mencari daun pisang untuk membungkus. Malamnya beliau akan memasak buat kami, dan sambil membungkus tempe satu persatu sambil mendengarkan radio. Terkadang saya melihat beliau terkantuk-kantuk, namun beliau tetap bejuang melawan kantuknya. Terus membungkus tempe hingga selesai terkadang pula sampai larut malam. Paginya, beliau akan bangun pagi, lalu shalat subuh dan memasak buat kami sebelum beliau ke pasar untuk menjajakkan tempenya. Ya, saya yang masih tak mampu banyak menolong, hanya jaga rumah dan menurut kata-kata nenek.Terkadang membantu menyapu halaman rumah atau mencucikan pakaian, itupun terkadang nenek mencucinya sendiri.

Aku tinggal bersama beliau semenjak lahir ke dunia ini. Beliau pula yang mengajarkan pada saya akan arti kehidupan yang sebenar. Suka dan duka kami rasa berdua, bersamanya.Ingat sekali, suatu hari, kampung kami dilanda kekeringan yang sangat lama, dan demi kelangsungan hidup, kami hanya makan nasi singkong atau angkring. Oh, nenek, cucumu ini rindu padamu….!

Ibu saya merantau ke ibukota dan memiliki keluarga baru bersama anak dan suaminya.Maka dari bayi aku lebih dekat dengan nenek saya daripada dengan ibu yang melahirkan saya. Beliaulah yang menggendong, meniman-nimang saya ketika mengantuk, menyuapi ketika saya makan, memandikan, serta memberikan kehangatan dalam pelukkan eratnya kala ada guntur dahsyat menggelegar. Tidur bersama, kemana-mana selalu berdua, seolah kami tak dapat terpisahkan. Hingga besar, beliaulah yang mendidik, menyekolahkan, bahkan mengajari saya akan arti hidup yang sebenarnya. Beliau selalu memberikan nasehat pada saya, agar aku kelak menjadi perempuan yang kuat, yang tak mudah menyerah pada cobaan-cobaan hidup yang datang, yang Sang Khaliq berikan.

Hingga saya dewasa, beliau masih aktif berjualan tempe. Ya, beliau memang terlalu sabar, terkadang adakalanya tempe tak laku, atau harga kedelai menjulang tinggi, namun beliau tetap melayani masyarakat dengan tetap berjualan tempe. Terkadang pula, ada para tetangga yang tak memiki uang, maka nenekpun melayani dengan memberinya hutangan.Banyak yang suka dengan keramahan nenek dalam melayani masyarakat dengan tempenya. Walaupun beliau hanya seorang penjual tempe, namun beliau sangat di hormati di kampung saya, karena ketaqwaannya pada Allah sebagai seorang muslimah, serta mensyukuri karunia yang Allah berikan, yaitu berupa badan yang selalu sehat.

Hingga kini, nenek telah renta, jalanpun telah terbungkuk, dan wajah semakin keriput. Saya meminta pada nenek untuk tidak lagi berjualan tempe, saya tak tega melihatnya terus bekerja keras. Saya juga merasa, belum mampu membalas budi baiknya pada saya. Dan kini, beliau tak lagi berjualan tempe, karena fisiknya yang tak memungkinkan lagi untuk bekerja keras. Ya, seiring bergulirnya waktu, saya sadari, nenek harus rehat dari berjualan tempe, dan bekerja keras. Saatnya yang muda yang harus menaggung hidup ke depannya agar lebih sejahtera.

Ya, beliaulah pahlawan dan mentor dalam hidup saya .Karena perjuangan, serta semangatnya-lah yang membuat saya menjadi wanita yang tegar dalam menjalankan kehidupan seperti saat ini.Saya selalu salut pada sifat dan ketulusannya dalam bermasyarakat.Bukankah perjuangan beliau pada keluarga terutamanya pada saya, serta pada masyarakat lainnya patut di acungkan jempol, dan sudah seharusnya saya memerdekakan beliau dengan bentuk cinta saya padanya.“Nek, cucumu akan segera kembali, saya ingin merawatmu, seperti engkau merawat saya dahulu” Ya Rabby, lindungi nenek yang saya cintai hingga saya datang, dan bermanja lagi dengannya.Saya ingin hidup bersamanya lagi mengulang kenangan dan perjuangan.

RINDUKU PADAMU NENEK.....semoga Allah SWT, mengaruniakan usia yang panjang dan berkah untuk nenek tercinta. Doanya ya temans......

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.